Rabu, 10 September 2008

HEMAT BICARA DAN HEMAT PENGELUARAN DI BULAN RAMADHAN


Jalan KH. Hasyim As’ari Bojonegoro (depan masjid jami’ Darussalam) tiap sore penuh sesak sejak awal bulan Ramadhan. Karena dipenuhi pedagang kaki lima (pkl) dan para pembeli yang akan penyiapkan buka puasa. Dan ini sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu setiap bulan Ramadhan. Dulu sebelum ada yang punya ide jualan disini sekira depan masjid / barat aloon-aloon kota Bojonegoro sangat sepi sekali tapi sekarang tiap bulan ramadhan menjadi pasar sore dadakan.
Dihitung kasar sepanjang depan masjid kira-kira lebih enam puluh pkl, untuk pada hari biasa kira-kira dua puluh lima pkl. Dan ini sangat membatu ibu-ibu yang tidak sempat memasak atau lagi malas memasak atau melengkapi masakan yang sudah ada dirumah.
Bermacam-macam yang dijajakan, saya mulai dari minuman : es cau, es cincau (dari Bandung), es kopyor, es dawet, es teller, es blewah, es degan (kelapan muda), es jus aneka buah, termasuk juga kolak yang isinya bermacam-macam. Makanan, umumnya hanya beli sayurnya saja : sayur menir bayam, sayur asam, sayur lodeh, rawon, gule, sop, asem-asem, cecek (kulit sapi), kikil (kaki sapi/kambing), urap-urapan, bothok tempe, bothok lele/rengkik, pecel, mie ayam dan masih banyak lagi. Jajanan yang banyak adalah gorengan : pisang molen, martabak, terang bulan, pokis, onde-onde, pisang goreng, limpang-limpung (ketela goreng), tempe goreng, ote-ote, dan sejenisnya. Tak lupa juga ada mainan anak-anak juga ikut dijajakan : becak goyang/odong-odong, jip listrik, mancing ikan-ikanan, sepur mini, dan lain-lain. Maaf semuanya sengaja saya sebut satu-satu, biar lebih enak membayangkannya, khan bulan puasa biasanya yang seru cerita makanan.

Memang dengan adanya pkl dadakan ini kita semua dimanjakan dengan berbagai sajian yang sangat menggoda. Apalagi ini kita puasa, salah satunya menahan lapar, rasanya semua jenis masakan yang dijajakan sepertinya mau kita beli semua. Tapi kita harus ingat dengan tujuan puasa itu sendiri, tiba saat berbuka bukan untuk balas dendam. Kita harus merasakan rasanya orang yang kesulitan mencari makan untuk setiap hari.

Tidak perlu istimewa menu buka puasa, secukupnya saja. Kalau bisa malah diusahakan lebih irit dibanding hari biasa. Ini yang mulai penulis praktekkan. Memang ini semua relatif dari kondisi/keadaan keuangan kita masing-masing. Bila hidangan buka puasa secukupnya membuat kita berangkat shalat tarawih terasa ringan dan tidak ngantuk serta bisa menyisihkan mengisi kaleng yang keliling.
Laparnya puasa membuat kita lemah fisik dan kita bisa irit bicara dan latihan menahan pembiacaraan yang tidak perlu dan membatalkan puasa.

JZ13MGS

Tidak ada komentar: