Ini lanjutan tulisan saya sebelumnya, yaitu ketika mengikuti Bimbingan Teknis Pemeliharaan
Jaringan dan Komputer (BTPJK) di Makassar
Tiba di Bandara Hasanuddin
Makassar tanggal 8 April 2013 pukul 08.00 WIT,
setelah istirahat satu jam saya menyempatkan dulu pelesir ke AirTerjun
Bantimurung Maros (sekitar 25 km dari Bandara) yang terkenal itu dengan kondisi
hujan. Naik taxi borongan Rp 240.000,- dengan kesepakatan tujuan dari
Bandara-Bantimurung-Panakukang Makassar. Sampai di lokasipun masih hujan,
sehingga saya tidak berani menjelajah lebih jauh di lokasi air terjun yang
suara airnya bergemuruh (khawatir terjadi air bah). Sebenarnya di sana ada gua,
istana kupu-kupu dan lain-lain yang patut kita kagumi untuk merenungkan betapa
tidak terbatasnya kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Hari berikutnya (malam hari) makan
di warung makan ikan segar “LAE-LAE”, bersama Supri KPPN Sidoarjo dan pak
Sugeng yang bertugas di Kejari Makassar. Saya pilih ikan bakar baronang, tapi
cara membakarnya tidak seperti di Jawa yang diberi rempah-rempah dan kecap (di
Makassar sekedar dibakar saja). Setelah makan malam dilanjutkan ke Pantai
Losari dan makam Pangeran Diponegoro serta keliling kota Makassar.
Kesempatan berikutnya saya shalat
Magrib di Masjid Raya Makassar dan shalat Isya’ di Masjid Al-Markaz
Al-Islami yang keduanya diresmikan oleh
H.M. Jusuf Kalla. Ini kebiasaan kalau lagi pelesir, saya usahakan bisa shalat
di masjid besar/raya kota yang saya singgahi. Ada kepuasan tersendiri.
Pagi hari habis shalat subuh dari
hotel jalan kaki menyusuri jalan Boulevard sampai di jalan Andi Pangeran
Pettarani, naik becak kemudian naik pete-pete (angkot) menuju terminal Daya
(sekedar survey karena tanggal 12-04-2013 saya akan ke Pare-pare). Ternyata
mobil angkutan plat kuning di Makassar Sulawesi Selatan adalah mobil yang di
Pulau Jawa sebagai mobil pribadi (plat hitam) yang dirawat dengan baik.
Misalnya Isuzu Panther, Kijang Innova, Toyota Avanza dll. Karena sudah pukul
06.30 WIT, saya harus bergegas kembali ke hotel naik ojek Rp 30.000,- dengan jarak
tempuh sekitar 18 km.
Sore hari saya lanjutkan menuju
KPPN Makassar I untuk menemui pak Amran Razak yang pernah bertugas di KPPN
Bojonegoro. Ini sebagi kunjungan balasan karena beberapa hari sebelumnya pak
Amran beserta ibu dan putrinya menemui saya di hotel sambil membawa oleh-oleh
….. untuk teman-teman KPPN Bojonegoro. Kami lanjutkan menuju benteng Fort
Rotterdam, benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9
yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna.
Kamis malam (11-04-2013) BTPJK
ditutup oleh Kepala Bagian Umum Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi
Selatan, Usdek Rahyono dan dilanjutkan dengan hiburan.
Paginya Jumat (12-04-2013) pukul
06.00 WIT saya menuju terminal untuk melanjutkan pelesir ke Parepare (sudah janjian
sama mas Kasman KPPN Parepare) yang jaraknya sekitar 150 km dari terminal Daya
Makassar. Makassar – Parepare perjalanannya sangat menyenangkan banyak
pemandangan alam yang tidak saya temui di Pulau Jawa, mulai dari rumah panggung
sampai pegunungan yang nampak menghadang jalan dan disamping kami. Jalannya
seperti jalan tol sehingga mobil bisa jalan 120km/jam, kalau di Jawa,
Bojonegoro-Surabaya rata-rata kecepatan 80km/jam (karena harus berjuang untuk
mendahului truk gandeng dan kontainer).
Tiba di Parepare pukul 10.00
WIT (Alhamdulillah tidak telat shalat Jum’at) terus naik angkutan menuju KPPN
Parepare, yang ternyata dipintu gerbang KPPN teman saya mas Kasman sudah
menunggu dengan seorang ibu. Siapa ya ibu itu (pikirku) ? Ternyata namanya ibu
Maryam juga pegawai KPPN Parepare, dan menawari saya untuk menginap di rumah baru
beliau yang ada di belakang kantor. Saya setuju, rejeki khan tidak boleh
ditolak (juga penghematan ha..ha…). Akhinya saya tidak jadi sewa penginapan.
Setelah shalat Jum’at kami ke Balai
Penginderaan Jarak Jauh, LAPAN Parepare bersama pak Agus untuk menikmati
suasana Kantor Balai yang indah, asri dan bersih. Kami dikenalkan sebagian
alat-alat yang ada, tugas Balai, termasuk naik ke antenna yang berbentuk bola.
Ini pengalaman baru bagi kami.
Sepulang dari Lapan sempat kuliner di Warung
Itik “Dua Putri” yang menunya bebek goreng, lezat sekali.
Sorenya main di pantai Lumpue
yang bentuknya setengah lingkaran, indah sekali pantai cipataan Allah SWT. Malamnya main di pasar senggol atau terkenalnya pasar Cakar (Cap Karung) yang menjual
barang/pakaian eks luar negeri, yang konsumennya semua masyarakat tanpa
memandang status sosial. Saya juga menikmati pisang epe’ di pantai sekitar
pelabuhan dekat pasar Cakar tersebut.
Sehari semalam di Parepare, dengan berat hati hari Sabtu tanggal 13 April 2013 pukul 10.00
WIT saya kembali ke Bandara Hasanuddin Makassar untuk terbang menuju Surabaya.
Oya …. ada yang unik ketika naik
angkutan umum menuju Parepare, di tengah perjalanan sopir angkutan hutang uang
Rp 1.000,- untuk bayar retribusi kemudian minta lagi Rp 4.000,- biar pas Rp
5.000,- katanya. Setelah sampai di Parepare bayar Rp 50.000,- terus saya
tanyakan : uang saya yang Rp 5.000,-?
Dengan entengnya si sopir menjawab : ikhlaskan saja. Jadi totalnya saya bayar
Rp 55.000,-
Kemudian ketika kembali menuju
Makassar naik angkutan umum dengan kesepakatan ongkos Rp 50.000,- ditengah perjalanan
si sopir ternyata minta tambah Rp 10.000,- Jadi akhirnya saya bayar Rp 60.000,- Mungkin sopir-sopir itu tahu kalau saya dapat
uang saku ketika mengikuti Bimbingan Teknis. Haaa…. Haaa…..
Terima kasih untuk pak Amran
(KPPN Makassar I), pak Sugeng (Kejari Makassar), mas Kasman (KPPN Parepare), pak
Amrullah dan ibu Maryam (Parepare), pak Agus (Balai Penginderaan Jarak Jauh,
LAPAN Parepare), dan mas Supri (KPPN Sidoarjo).